Jumat, 31 Oktober 2014

penyesalan seorang anak terhadap ibunya

Semoga Pembaca Merasa Tersentuh Dengan Membaca Kisah ini Dan Sadar Betapa Pentingnya Kita Untuk Menghargai Jerih Payah Orang Tua Terhadap Anaknya.
Sebuah kisah yang semoga bisa menginspirasi Anda untuk selalu menyayangi anggota keluarga Anda sepenuh hati.
Tak terasa waktu cepat sekali berlalu, seorang anak laki-laki bernama Aksa meluluskan pendidikannya di SMA, namun sayang pada saat kelulusannya dia tidak pernah menyertakan atau mengajak ibunya. Aksa merupakan satu-satunya anak yang dimiliki oleh ibu Sri, dan anugrah dari Tuhan yang sangat berharga bagi diri ibu Sri.
Ayah Aksa meninggal dunia saat dia masih dalam kandungan, hanya Aksalah yang menjadi tumpuan
hidup ibunya sehingga dia kuat untuk menjalani hidup.
Pada suatu saat Aksa berkata pada ibunya :
“ Ibu, aku malu sama teman-temanku, mereka memiliki ibu yang sempurna secara fisik dan mereka bangga terhadap ibu mereka, tapi aku bu, mengapa aku memiliki ibu yang buta. Andai saja aku tau, aku dilahirkan oleh seorang ibu yang buta maka aku lebih memilih untuk tidak dilahirkan”
Mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya ibu Sri berkata :
“ Nak, ibu memang buta, tetapi
walaupun kau malu dengan keadaan fisik yang ibu miliki, ibu tetap sayang padamu nak. "
Aksa pun menjawab : “ Bu, semua teman-temanku selalu menghinaku, bahkan tidak ada satu perempuanpun yang suka padaku karena melihat fisik ibu yang tidak sempurna. Mereka takut jika kelak menikah denganku anak kami juga akan cacat, buta seperti ibu ”.
Mendengar perkataan anaknya ibu Suti begitu terpukul dan menangis, namun demikian ibu Sri tetap sayang dengan anaknya Aksa dan tak henti-hentinya ibu itu berdo’a untuk anaknya.
Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, akhirnya Aksa menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Teknik. Betapa bangganya hati ibu Sri mendengar anaknya akan diwisuda dan menjadi seorang Insinyur, tak sia- sia pengorbanan ibu Sri selama ini dengan berjualan di pasar untuk menyekolahkan Aksa, tak kenal lelah bu Sri berkerja walaupun dalam keadaan matanya yang buta.
Sampailah saat yang ditunggu tunggu, saat Aksa dan yang lainnya akan diwisuda. Teman-teman Aksa berserta orang tuanya dan keluarga berkumpul menantikan acara dimulai, tetapi ibu Sri sama sekali tidak diajak Aksa untuk menghadiri wisuda tersebut.
Akhirnya ibu Sri datang sendiri keacara tersebut, sesampainya ditempat Aksa akan diwisuda,betapa bahagianya hati sang ibu Sri mendengar nama anaknya dipanggil kedepan dengan nilai terbaik.
Namun tidak Aksa dia sangat malu
terhadap teman-teman dan kekasihnya ketika mengetahui ibunya juga hadir di acara wisuda itu, acara yang seharusnya menurut Aksa membuatnya bahagia.
Pada saat itu, ibunya mendekati Aksa sambil meraba-raba wajah anaknya, dan kekasih Aksa bertanya pada Aksa :
“ Siapa perempuan buta itu ? "
Aksa tidak menjawab dan hanya diam membisu. Akhirnya ibu Sri berkata bahwa dia adalah ibunya Aksa, mendengar ibunya berkata
demikian, Aksa akhirnya pulang sebelum acara selesai dan meninggalkan ibunya senidirian.
Setelah acara selesai akhirnya ibu Suti juga pulang kerumah tanpa anaknya Aksa. Namun siapa yang tau kapan ajal akan tiba, ketika hendak menyebrang jalan ibu Sri meninggal dunia.
Hanya tas kecil dan sangat lusuh yang selalu dibawa kemanapun ibu Sri saat berpergian. Betapa terkejutnya Aksa ketika pihak rumah sakit mengabarkan bahwa beberapa menit yang lalu ibunya telah meninggal akibat kecelakaan. Dan
petugas kepolisian memberikan tas yang dibawa ibunya pada saat menghadiri wisuda, Aksa hanya
diam duduk menunggu ibunya yang masih dibersihkan dari sisa-sisa darah yang masih menempel di tubuhnya.
Pada saat menunggu jenazah ibunya, Aksa membuka tas kesayangan ibunyayang lusuh dan
kumal itu. Disana terdapat foto ibunya ketika mengandung Aksa, pada saat Aksa masih bayi,
dan betapa terkejutnya Aksa ketika membaca sepucuk surat yang begitu lusuh yang terdapat didalam tas ibunya.
Aksa membaca surat tersebut, dan didalam surat itu tertulis :
“ Banjarmasin, 24 November 1984, Anaku Aksa yang sangat kucintai, bayi mungilku yang sangat kusayangi, betapa kau sangat berharga dihati ibu nak. 
Walaupun kau buta dari lahir tetapi ibu sangat menyayangimu, kaulah anugrah terindah yang ibu miliki. Nak, ini adalah surat terakhir yang ibu tulis, karena besok ibu sudah
tidak bisa lagi menuliskan kata-kata diatas kertas. 
Karena besok ibu akan mendonorkan kedua mata ibu untukmu nak, agar kelak kau dapat melihat dan menikmati indahnya dunia, anugrah yang diberikan Tuhan. Nak suatu saat jika ibu sudah tiada dan kau ingin melihat ibu, berkacalah nak, karena dimatamu ada ibu yang selalu menemanimu ”.
Akhirnya tanpa terasa air mata Aksa mengalir dan sudah terlambat bagi dirinya untuk membahagiakan ibunya. Aksa teringat dengan semua perbuatan yang ia lakukan terhadap
ibunya, dia hanya duduk terdiam tersimpuh di depan kaki ibunya yang telah terbujur kaku.
Semua telah terjadi dan kini ibunya telah pergi untuk selama-lamanya.
dalam hal ini mengajarkan betapa besar kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya, tanpa mengharapkan balasan. Ibu selalu dengan ikhlas memberikan apapun yang dimilikinya termasuk jiwanya sendiri “.
Bagi anda yang sudah membaca cerita ini, Bahagiakanlah ibumu selagi beiau masih Hidup meskipun ada kekurangan dalam Hidupnya, jangan biar kan Ibu mumeneteskan air Mata karna anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar